Dunia penuh misteri, tidak ada yang pasti, tidak ada yang abadi, kawan bisa jadi lawan, lawan bisa jadi kawan, tidak ada kawan yang abadi. Semua serba tidak menentu dan bisa berubah dalam sekejab saja. Tetapi kita harus hidup dalam dunia ini, bertemu dan merasakan segala sesuatu yang tidak abadi dan bisa berubah itu. Mampukah kita hidup untuk mempengaruhi dunia ataukah justru kita yang dipengaruhi dunia.
Mendapatkan teman yang baik, tentu sangat diidamkan setiap orang. Teman yang penuh pengertian dan bersedia membantu dengan tulus, adalah dambaan semua insan.
Tetapi tidak sedikit kita mendapatkan teman yang justru sebaliknya, karena itu kita harus cerdik seperti ular. Lho kok seperti ular ? hewan yang berbahaya bagi manusia kan.
Benar, ular berbahaya dan mengancam keselamatan kita, tetapi maksudnya bukan menjadi ular, tetapi tirulah sifat cerdiknya ular, yaitu menakar kemampuan dan kekuatan diri sendiri, jangan ngoyo. Ular tahu bahwa manusia berbahaya bagi kehidupan ular, maka setiap bertemu manusia, ular akan melarikan diri terlebih dahulu, menghindari bahaya, kecuali dalam keadaan yang mendesak, ular akan melawan.
Jika kita menghadapi suatu masalah yang besar, dan kita tahu bahwa kita tidak sanggup melawannya, jangan dilawan, jangan sok jadi pahlawan, jangan ingin dikatakan pemberani, dll
tetapi carilah upaya-upaya agar masalah dapat dikendalikan kemudian tanpa mengorbankan siapa pun.
Tulus seperti merpati. Merpati memang dilambangkan sebagai hewan yang "sakral", beberapa pengantin mencantumkan gambar merpati pada kertas undangan. Sifat merpati memang jinak dan terutama adalah setia. Diterbangkan kemanapun merpati bisa kembali ke pemiliknya. Maka dalam pertemanan setia sangat dibutuhkan. Kita butuh teman-teman yang setia, dan setialah kepada teman-teman kita.
Dua prinsip yang tersurat dalam salah satu ayat Alkitab ini, sangat kita perlukan untuk dapat hidup dan eksis ditengah dunia yang terus berubah ini.
Belajarlah Cerdik seperti Ular dan Tulus seperti Merpati.
Senin, 24 Mei 2010
Langganan:
Postingan (Atom)